Friday, June 15, 2012

Laut China Selatan Part I - Kep. Riau, Pulau Matak - Premier Oil (11-15 Juni 2012)

11 Juni 2012

Bismillahirrohmanirrohim
Assalamualaikum Warohmatullohi wabarokatu,
Salam Sejahtera Untuk Semuanya.
 
Kesempatan kali ini saya akan menceritakan pengalaman pertama saya bekerja di Offshore. Apa itu Offshore dan apa itu Onshore? berikut adalah sedikit penjelasan tentang perbedaan dari Offshore dan Onshore.

1. Offshore
Dari namanya, ini berada di lepas pantai. Jadi letak rig ini adalah di tengah laut. Karena di laut, ada dua cara menujunya yaitu menggunakan helikopter atau kapal. Kapal yang digunakan adalah fast boat yang memang hanya untuk mengangkut penumpang, berukuran kecil dan cepat, atau supply boat yang digunakan mengangkut peralatan, solar, air dan pasokan kebutuhan lainnya untuk rig. Supply boat membutuhkan waktu yang jauuuuh lebih lama menuju rig, bisa 4 hingga 5 kali dari waktu yang dibutuhkan oleh fast boat. Hal ini dikarenakan ukurannya yang lebih besar dan berat. Dari kedua jenis kapal tersebut saya memilih fast boat pada saat laut tenang dan supply boat pada saat laut agak bergelora karena dengan ukurannya yang besar dan berat, goyangan di kapal tidak terlalu terasa. Ya, tentu saja karena saya adalah makhluk darat dan terbiasa menapak tanah yang diam dan akan mabok jika digoyang-goyang berjam-jam di laut. Tips yang saya tahu untuk mengurangi mabok laut adalah usahakan perut terisi penuh dan cukup selama perjalanan, satu jam sebelum keberangkatan. Satu lagi, dalam kondisi mabok jangan minum yang manis karena hanya menambah pusing dan mual. Hal ini saya dapat dari seorang pelaut pada saat saya berusaha mengurangi mual dengan minum teh manis hangat. Sedangkan perjalanan dengan helikopter cukup menyenangkan untuk transportasi menuju rig karena sangat cepat dan keindahan yang ada di laut bisa saya lihat dari atas seperti naik cable car di Taman Mini, hanya saja di dalam helikopter kita tidak bisa bercakap-cakap karena suara dari baling-balingnya sangat bising.
Pada saat berada di rig offshore, kegiatan yang dilakukan sangat-sangat rutin. Karena memang tidak banyak pilihan yang bisa dilakukan. Kira-kira begini gambarannya, selesai bekerja 12 jam, saya akan mandi, terus makan di mess hall atau galley. Selesai makan yang enak (biasanya lebih enak daripada rig darat) saya ke recreation room untuk melihat tivi bisa berita atau saluran musik, kalau berada di sekitaran timur tengah, cenderung india atau melodi arab. Jika nasib baik ada rig-rig yang menyediakan kursi pijat seperti osim yang banyak dijumpai di mall-mall. Setelah sekitar setengah sampai satu jam saya akan kembali ke kamar untuk baca buku atau nonton film sebelum tidur. Jika terdapat jaringan internet, saya akan buka-buka beberapa situs favorit seperti facebook, gmail dan skype atau yahoo messenger untuk bertukar kabar dengan keluarga atau istri. Setelah itu tidur hingga satu jam sebelum masuk shift kerja. Di rig offshore sangat umum dilengkapi dengan ruangan gym. Berhubung saya bukan pemilik kartu celebrity fitness atau yang sejenis jadi ruangan gym bukanlah tempat favorit saya.
Di atas saya sempat menulis kegiatan di rig offshore adalah rutin ya? Sebenarnya bisa saja menggunakan kata lain yaitu membosankan. Meski begitu, kelebihannya adalah rig offshore cenderung bersih, fasilitas cukup lengkap dan terawat, makanannya enak dan galey buka 24 jam sehingga kita bisa buat teh atau kopi, ambil kue atau buah jika merasa lapar di luar jam makan, dan peralatan penunjang pekerjaan tersedia lengkap dan siap sedia seperti misalnya crane atau tukang las.

2. Onshore
Land darat bisa dijangkau lebih mudah dibandingkan rig offshore. Lokasinya bisa di tengah hutan, di puncak gunung, tengah gurun, atau hanya di pinggir jalan sebuah kota atau desa. Jika lokasinya di area yang belum pernah dilalui orang, kendaraan yang digunakan biasanya mobil dengan penggerak 4 roda (4×4). Hal ini disebabkan akses yang dibuat sementara biasanya hanya berupa jalan tanah yang dikeraskan dan akan berubah menjadi jalan berlumpur di waktu hujan. Untuk itu mobil 4×4 sangat membantu untuk bisa melewatinya.
Aktivitas yang dilakukan cukup bervariasi, terlebih jika lokasi rig berada di dekat sebuah kota. Seringkali jika status pekerjaan sedang standby, kita bisa pergi jalan-jalan ke kota untuk sekedar berganti menu makanan yang itu-itu saja. Fasilitas yang ada tak selengkap rig offshore, seperti tidak adanya recreation room, fasilitas internet tidak tersedia, dan ruang gym isinya cuma barbel dan bangku panjang. Akomodasi kurang bersih, laundry kadang terlambat dan sering hilang terutama kaos kaki, makanannya membosankan dan kurang enak. Dari sisi pekerjaan, crane dan forklift operator susah dicari sehingga bisa menunda pekerjaan beberapa saat. Meskipun dari banyaknya kekurangan tersebut rig darat tetap memungkinkan saya bisa melihat pohon, menginjak tanah walaupun kadang becek dan berlumpur ketika hujan, bisa melihat orang lain selain pekerja rig, dan jika beruntung melihat gadis desa atau kota yang kebetulan lewat meskipun hal ini sangat jarang. Hal ini menyebabkan saya tidak terlalu bosan, karena bisa saja banyak hal baru terjadi setiap harinya.
Pengalaman pertama saya bekerja di Offshore adalah saat project yang sedang saya tangani bertempat di area offshore. Lebih tepat nya adalah di daerah Laut China Selatan, Kepulauan Riau dengan Company Man yaitu Premier Oil - Natua Sea B.V. FPSO Anoa.
 
Perjalanan untuk tiba dan bisa bekerja disana sangat panjang, di samping itu syarat yang diajukan pun sangat ribet dan lengkap. Hal ini dikarenakan karena tempat kerja yang berada di perairan lepas yang jauh dari daratan. sehingga membutuhkan beberapa syarat khusus diantaranya yaitu memiliki Sea Survival Sertificate (Bertahan hidup di air), Fire Fighting Training, First Aid & CPR Training, dan HUET (Helicopter Underwater Escape Training). Hal yang wajib dimiliki selain sertificate training adalah Personal Passport. mengapa diwajibkan memilii paddport? karena area laut china selatan berada di laut lepas, meskipun masih masuk dalam wilayah indonesia, namun daratan terdekat untuk evacuasi saat ada kecelakaan adalah Singapore.
 
Perjalanan dimulai dari Jakarta, tepatnya saya pukul 04.30 harus sudah check in di Bandara Halim Perdana Kusuma di tempat check in nya Premier Oil, dengan Pesawat Gatari Air dengan pesawat jenis ATR42-500. Pesawat kecil dengan masih menggunakan baling baling dan mempunyai kapasitas penumpang sekita 50 orang. Saat Check in akan di check mengenai kelengkapan sertifikat yang kita miliki dan tentunya adalah passport pun di check.
 
Setelah check in, saya menunggu boarding di ruang tunggu. Tepat pada pukul 06.30 saya memasuki kabin pesawat. Perjalanan pesawat dari Bandara Halim Perdana Kusuma menuju Bandara Matak di pulau Matak sekitar 2 jam 30 menit.
 
Setibanya di Matak Base Airport, saya check in untuk mendapatkan tiket Chopper (Helicopter) Pelita Air dengan jenis Sikorsky S-76 C++ kapasitas 12+2 orang.

Sebelum memasuki Chopper, kita akan disuguhkan oleh Video Breafing mengenai safety menggunakan Chopper. 

10.00 Pagi, saya pun berangkat take off menggunakan chopper dari Bandara Matak menuju FPSO Anoa - Premier Oil. 

Pekerjaan selesai beberapa hari.
saya pun pulang dengan menggunakan Chopper dan Pesawat dari Matak Airport  menuju Bandara Halim Perdana Kusuma yang sama pada tanggal 15 Juni 2012

Terlampir adalah Foto Foto dari Perjalanan saya :D
 
Matak Airport

Hahaha

Hahaha

Barding Pass untuk naik Chopper

FPSO ANOA - Premier Oil

Abaikan Tanggal yang salah wkwkwkwk

Abaikan Tanggal yang salah wkwkwkwk


Note :
beberapa info didapat juga dari :

http://gugussyuhada.com/2012/05/15/bedanya-kerja-di-offshore-dan-di-onshore-land-rig/


Salam,
Post By Rizal Riansyah
 

No comments:

Post a Comment