Saturday, September 26, 2015

Gunung Parang - Purwakarta (25-26 September 2015)

Gunung Parang - Purwakarta (25-26 September 2015)

Assalamualaikum Wr. Wb.
Salam Sejahtera untuk kita semua nya.

Kali ini saya akan bercerita kembali tentang pendakian gunung.
Sedikit ulasan tentang Gunung Parang yang saya kutip dari Badega parang :
Gunung Parang yang terletak di wilayah kabupaten Purwakarta, adalah gugusan pegunungan batuan andesit purba yang terjadi dari sebuah intrusi, yaitu magma (bahan gunung api) yang menerobos menuju ke permukaan namun keburu membeku sebelum muncul ke permukaan untuk menjadi gunung api. Sejalan dengan waktu, tanah di atas intrusi ini tererosi dan akhirnya memunculkan gunung ini.
Sejauh ini masih belum ada penelitian resmi ataupun tidak resmi yang mendalam dari pihak-pihak terkait yang berhubungan dengan geologi Gunung Parang ini.

Gunung batu ini sendiri memiliki ketinggian total 963 meter dari permukaan laut, dengan diapit oleh dua bendungan terbesar di Indonesia yaitu Jatiluhur dan Cirata.
Secara administrasi Gunung Parang terletak di Kecamatan Tegalwaru dan menjadi perbatasan antara dua desa yaitu Desa Sukamulya dan Desa Pasanggrahan.

Mitos dan Legenda

Gunung Parang juga dikenal oleh masyarakat Karawang dan sekitarnya adalah Gunung Barang, entah dari mana mereka memperoleh julukan ini.
Di runut dari cerita yang melegenda, bahwa jika ingin memperoleh kekayaan dan kemakmuran, datanglah ke Gunung Parang (aka. Gunung Barang).

Dan sampai saat inipun dibalik keindahan Gunung Parang, masih tersimpan beberapa mitos dan legenda yang beredar di Gunung Parang.

Ada beberapa legenda yang beredar di masyarakat antara lain; Nyai Ronggeng, Ki Pat Tinggi, Ki Jonggrang dan Mbah Jambrong, dan beberapa lainnya, dan masing-masing legenda tersebut saling terkait dan akhirnya berujung pada Kerajaan Padjajaran.

Dan menjadi hal yang wajar jika masyarakat lingkar Gunung Parang masih mempercayai hal-hal di luar nalar yang terjadi seperti teluh (santet), pesugihan, dan lain sebagainya dalam dunia mistis di dunia yang serba modern seperti saat ini.

Masih diperlukan pendalaman sejarah dan budaya yang ada di lingkar Gunung Parang, karena biasanya di balik sebuah legenda, ada sebuah kearifan adi luhung dari nenek moyang sebelumnya. Gunung yang saya daki adalah Gunung Parang yang terletak di Desa Pasangrahan, Kampung Cilele, RT 12 RW 05, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat.

Sejarah yang hilang

Dari segi budaya, masyarakat yang tinggal di lingkar gunung Parang didominasi oleh kultur budaya Sunda. Sejalan dengan perkembangan zaman yang ditandai oleh perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, masyarakat lingkar Gunung Parang banyak dipengaruhi oleh budaya dari luar.
Namun demikian, budaya masyarakat pada dasarnya tetap bernuansa budaya Sunda dan nilai-nilai agama, terutama agama Islam.

Dirunut dari asal usul nenek moyang masyarakat lingkar Gunung Parang kebanyakan berasal dari wilayah Sukaraja, Kabupaten Tasikmalaya. Namun hal ini masih perlu penelitian lebih jauh tentang asal usul masyarakat yang pertama kali mendiami lingkar gunung ini.

Dari sisi budaya, banyak masyarakat terutama generasi muda yang sudah tidak mengenal adat dan budaya sunda yang menjadi dasar kehidupan mereka saat ini. Dan ini bisa dimaklumi, karena kakek nenek bahkan orangtua mereka tidak menurunkan atau mengajarkan adat dan budaya secara langsung kepada mereka.

Dan dari sisi bahasa pun, masing-masing kampung di lingkar Gunung Parang memiliki aksen bahasa sunda yang berbeda satu sama lain, meski hanya terpisah 2-3 km jaraknya.
Begitu pula dengan karakter dan kehidupan di masing-masing kampung, masing-masing memiliki keunikan dan menambah kekayaan budaya di lingkar Gunung Parang.

Baiklah, kita kembali ke perjalanan saya dan teman saya dalam pendakian Gunung Parang.

Jumat, 25 September 2015

Perjalanan pendakian Gunung Parang ini sebetulnya di rencanakan secara mendadak. Saya bersama Ujey dan teman teman mendaki gunung di Purwakarta merencanakan pendakian ke Gunung Parang Purwakarta satu hari sebelum pendakian. 
Setelah berdiskusi dengan beberapa teman teman, maka diputuskanlah sebuah pendakian yang akan dimulai pada malam hari setelah Isya, dan pulang sekitar pagi keesokan hari nya.


19.00 WIB
Packing semua perbekalan saya dan ujey sudah selesai dan siap untuk berangkat menuju base camp Gunung Parang. 
Disaat tekad sudah mantap untuk pendakian malam, beberapa teman saya mengundurkan diri dalam pendakian dengan beberapa asalan seperti kesehatan yang tidak fit, adanya acara pribadi yang mendadak.

Namun semangat saya dan Ujey dalam mengsukseskan pendakian pun tidak menyurutkan niat saya dan Ujey meskipun hanya dua orang saja.

21.00WIB 
Saya dan Ujey mulai berangkat berdua saja dari Purwakarta, menuju base camp Gunung Parang menggunakan sepeda motor.
membawa dua buah keril, saya berdua tetap melanjutkan perjuangan pendakian.

22.00WIB
kami berdua tiba di basecamp Gunung Parang di Desa Parsanggrahan Kampung Cilele RT 12 RW 05.

Tiba di basecamp kami tidak melihat satu kendaraan pun parkir di tempat parkir basecamp,

Namun ada penjaga basecamp, dan kami berbincang bincang untuk meminta izin melaksanakan pendakian di malam itu. Tidak ada data masuk satu orang pun yang melakukan pendakian Gunung Parang, itu artinya, di Gunung Parang malam itu tidak ada sama sekali pendaki. sempat mengurungkan niat karena Gunung Parang terkenal dengan mitosnya yang seram ddengan adanya makam "Karuhun" di dekat puncak nya. Meskipun demikian kita tetap nekad melakukan pendakian malam tersebut meskpun kita bermalam di Gunung Parang hanya berdua saja.

Gunung Parang adalah gunung yang jarang sekali ada yang ngcamp atau bermalam disana, karena Gunung Parang adalah gunung yang tidak begitu tinggi, sekitar 963mdpl. Dengan trek yang pendek ini, menjadi alasan mengapa Gunung Parang Jarang sekali ada yang bermalam.
22.15 WIB
Setelah mendapat izin dari penjaga setempat, kami langsung berdoa untuk memulai pendakian. 
Perjalanan dimulai dengan memasuki perkebunan warga sekitar. Kemudian disambung dengan jalur dari batu batu andesit. trek yang dilalui langsung menanjak terus menerus, tidak didapati "bonus" selama pendakian.

Saat ini sudah ada Pos pos di beberapa tempat untuk memudahkan pendaki agar tidak tersesat juga. Sesekali ada beberapa tali dari bambu kecil untuk membantu menaiki terjalnya batu yang sangat menukit keatas.
(Foto Pos 1 diambil Siang hari saat turun Gunung)
Kami berdua hanya beberapa kali saja untuk break menghela nafas, dikarenakan "horor" nya suasana malam itu, sehingga kami tidak berlama lama untuk beristirahat. 
24.00 WIB
Setelah kami melewati Pos 3, Tanjakan Taraje, ada sebuah wilayah yang landai dan ada beberapa pohon besar. Ini adalah wilayah yang bisa untuk mendirikan Tenda. Sebuah wilayah yang jika ke arah kanan akan ke Puncak Taraje, dan ke kiri adalah Puncak Utama Tower 1. Kami memutuskan untuk mendirikan tenda dan beristirahat disini, meskipun area ini menurut warga sekitar adalah wilayah Babi hutan berkeliaran. Dan, di dekat area ini ke arah puncak ada sebuah makan "karuhun" yang keramat.

Sangat hening, sepi, tidak ada seorang pendaki pun yang ada di Gunung Parang malam itu, beberapa suara aneh terdengar, namun kami tidak berani untuk memeriksa keadaan sekitar. Kami pun mengutamakan beristirahat malam itu.


Sabtu, 26 September 2015
05.00 WIB
Bangun,
Sunrise telah tiba.
Kami pun menikmati keindahan sunrise di Gunung Parang. Beberapa pendaki mulai berdatangan pagi itu yang hendak langsung summits ke puncak.

Kami tinggalkan Tenda dan Keril, dan kami pun melanjutkan perjalanan menuju puncak utama tower 1. 

(Makan Keramat "karuhun" Gunung Parang")
Jalur yang dilalui lebih curam, perlu kehati hatian, karena trek yang dilalui sangat menantang, ditambah perlunya keahlian memanjat.
















07.00 WIB
kami tiba di Puncak Gunung Parang Tower 1. puncak tertinggi di Gunung Parang. Di depan nya ada lagi Puncak Tower 2 yang sedikit lebih rendah, namun untuk menuju kesana harus menggunakan peralatan memanjak. Karena tidak mungkin didaki oleh pendaki tanpa peralatan tersebut, sangat berbahaya.

Ini adalah beberapa foto dari puncak gunung Parang, yang bisa kita lihat adalah hamparan pegunungan sekitar Purwakarta, Gunung lembu, Gunung Bongkok, Gunung Gede, dll. terlihat juga Bendungan Cirata dan Bendungan Jatiluhur dari atas Puncak Tower 1 Gunung Parang.










Beberapa jam saja kami menikmati pemandangan di Puncak Gunung Parang. Lalu kami bergegas kembali turun menuruni Gunung Parang untuk menyudahi pendakian.










Cukup Sekian perjalanan pertama saya mendaki Gunung Parang. Sangat mengesankan Gunung yang mungil namun penuh dengan tantangan dan memiliki pemandangan yang ruar biasa. 

Salam,
Rizal Riansyah


Wednesday, September 23, 2015

Surabaya Part 10 - Lamongan (14 September 2015 - 23 September 2015)

Surabaya Part 10 - Lamongan
14 September 2015 - 23 September 2015

Assalamualaikum warohmatullohi wabarokatu.
Salam Sejahtera untuk kalian semuanya,

Hari yang baik ini, saya akan bercerita tentang pengalaman saya kembali mengunjungi Kota Pahlawan, Kota Surabaya. Dan juga, Laut daerah Lamongan dengan tujuan FSO Gagak Rimang.

FSO Gagak Rimang berlokasi di laut lepas panyai yang tidak jauh dari Lamongan Shore Base. Sebuah pelabuhan khusus untuk transfer personal dan material gabungan beberapa Company Man dari beberapa perusahaan Oil & Gas Seperti ExxonMobil Cepu Ltd, Petronas, PHE WMO, dll.

Tanggal 14 September 2015, pukul 21.30
Saya bersama kedua teman saya berangkat dari Stasiun Gambir Jakarta menggunakan kereta api Argo Anggrek Malam menuju Stasiun Pasar Turi Surabaya. Tiba di Surabaya pada pagi hari Pukul 07.00.

Setibanya di Surabaya, saya beristirahat di sebuah hotel sederhana di pusat Kota Surabaya, yaitu Hotel Paviljoen.

Kami menghabiskan hari pertama d surabaya di sana.

Sampai keesokan hari nya yaitu tanggal 16 September 2015 kami berangkat pagi hari menuju ke Lamongan Shore Base.

Dari Lamongan Shore Base saya menggunakan crew boat untuk menuju ke FSO Gagak Rimang yang ditempuh dengan waktu kurang lebih 90menit.

Tiba di FSO Gagak rimang saya mulai bekerja beberapa hari.

Selama beberapa hari saya bekerja di FSO Gagak Rimang. 







Setelah pekerjaan selesai, Saya pulang menggunakan kereta kembali, dengan kreta Argo Semberani, berangkat dari Stasiun Pasar Turi Surabaya pada pukul 17.30 dan tiba di Stasiun Gambir Jakarta keesokan hari nya pada pukul 04.30 pagi.

Salam,
Post By Rizal Riansyah